Laman

  • Home
  • About me
  • My Books
  • My Bussines
  • Lovely Hafidz
  • Lovely Nabila

Senin, 23 Maret 2015

“Menyulap Gudang menjadi Hotel”





Saat putra saya belum lahir, merapikan rumah adalah pekerjaan yang paling saya sukai. Setiap harinya saya selalu menjadwalkan sekitar 1 jam untuk merapikan rumah. Setiap Sabtu, biasanya saya jadwalkan waktu khusus untuk merapikan rumah dalam rentang yang cukup lama sekitar 1-3 jam. Biasanya saya melibatkan suami dan putri saya yang berusia 7 tahun untuk berbagi tugas. Untuk jadwal merapikan rumah harian biasanya cukup merapikan kamar setelah tidur, membereskan ruang keluarga, merapikan perabotan dapur setelah dipakai memasak dan mencuci, melipat pakaian yang sudah dijemur dan merapikan meja kerja. Sedangkan jadwal merapikan rumah mingguan biasanya meliputi : menguras dan menyikat area kamar mandi, membereskan dapur dan menyusun perabotannya, merapikan isi kulkas dan isi lemari dapur, memilah dan merapikan buku di lemari, dan memilih baju-baju di lemari yang sudah tidak terpakai lagi. Sore harinya tak lupa kami luangkan waktu untuk menikmati akhir pekan dengan bermain di taman atau menikmati sajian kue buatan saya.

            Setelah kelahiran putra saya, kegiatan merapikan rumah masih bisa dikerjakan sampai dia berusia satu tahun. Masuk usia 15 bulan keatas, mulailah saya kewalahan menjadwalkan kegiatan merapikan rumah ini. Saya mulai merasa sedih karena merasa tidak optimal mengurus rumah. Saya lebih banyak menghabiskan waktu untuk mendampingi putri dan putra saya bermain dan belajar. Dapur yang selalu bersih saat saya selesai masak, terpaksa harus ditunda dulu bersih-bersihnya sampai suami bisa menemani anak-anak bermain. Kegiatan diluar urusan rumah juga tak kalah repotnya. Saya harus bolak-balik ke toko souvenir untuk mengirim pesanan souvenir Korea ke pembeli di Indonesia. Mengelola beberapa grup diskusi di facebook. Serta menulis dan mengikuti kajian setiap minggunya. Sungguh tidak ada habisnya kesibukan di rumah setiap harinya.
 Suami yang saat itu melihat kegelisahan saya berusaha menghibur dan menyakinkan saya kalau beliau tidak menuntut rumah selalu tampak rapi. Beliau memahami karena kegiatan bersama anak-anak membuat rumah sulit untuk dirapikan setiap saat. Beliau hanya meminta supaya rumah tak lupa disapu setiap hari dan anak-anak bisa terawat dengan baik. Oh ya sebenarnya ada satu hal yang sering dikeluhkan suami akhir-akhir ini. Beliau berkali-kali menyarankan saya untuk membuang barang jika saya memasukkan barang baru ke dalam rumah. Motto beliau : “masuk barang satu, berarti keluar barang satu”. Nah ini mungkin sumber masalah kenapa rumah saya sulit di rapikan hehe.
Sebenarnya rumah yang saya tempati ukurannya tidak terlalu besar, tetapi jumlah barang yang ada di dalamnya membuat rumah saya sempit dan sumpek seperti gudang. Selain stok souvenir Korea yang terus menumpuk, saya hobi banget mengoleksi barang-barang yang sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan. Hobi ini muncul ketika saya tinggal di Korea dimana banyak toko-toko second yang menjual buku-buku, hanbok, mainan dan pernak-pernik unik yang menggoda untuk dibeli. Saya juga sering tergiur membeli buku dan mainan second dari sebuah grup facebook warga asing yang tinggal di Korea. Mereka biasanya menjual barang-barangnya saat akan kembali ke negeri asalnya. Guru Korea juga sering menghadiahi buku-buku hingga rak buku penuh. Juga buku-buku sekolah putri saya yang diberi gratis setiap tahunnya. Ditambah lagi begitu mudahnya mendapatkan perabotan rumah yang gratis setiap saya menyusuri perumahan dan jalan-jalan di sekitar rumah.
Inilah uniknya Korea. Mereka terbiasa membuang barang-barang yang tidak terpakai di depan rumahnya atau di pinggir-pinggir jalan agar bisa digunakan oleh orang yang membutuhkan, demikian penjelasan guru Korea saya. Barang yang dibuang bukanlah barang yang rusak tetapi masih layak terpakai hanya mereka sudah tidak membutuhkan lagi. Bahkan sering terlihat masih seperti baru. Bingung juga kenapa barang-barang ini dibuang begitu saja. Beberapa hasil “hunting” yang sukses saya kumpulkan di rumah adalah meja belajar lipat, kipas angin, tas cangklong, kursi, rak buku, mainan, buku, kamus korea dan lain sebagainya. Awalnya ragu saat pertama kali mengambil barang-barang bagus yang tergeletak di pinggir jalan itu, namun karena guru Korea dan teman-teman Korea bilang boleh diambil dengan bebas, jadi keterusan dech hehe.
Setiap saya membawa pulang barang-barang penemuan dan barang belanja di toko second, suami sudah sering mengingatkan “barang apa lagi yang mau dibuang, Ummi? Nanti Abi yang taruh di pinggir jalan dech”. Saya selalu ngeles, “ jangan Abi, sayang kalau kita buang barang. Nanti belinya mahal. Udah tenang aja Bi, pasti kepake kok barangnya”. Kadang barang-barang penemuan itu memang jarang digunakan, jadi mubazir juga sebenarnya hehe. Lama-lama suami capek juga dengan rayuan saya, akibatnya rumah berubah menjadi gudang. Saya sendiri juga pusing bagaimana merapikan rumah yang penuh dengan barang ini hehe. Sampai akhirnya saya mendapatkan materi kuliah Bunda Cekatan “Menata rumah bak hotel bintang lima”.  Wah anugrah sekali materi kuliah Ibu Septi sore itu. Tertohok sekali saya mendengar penjelasan Ibu Septi, karena semua yang disampaikan saya banget. Malu banget dech pokoknya, saya seperti diceramahi sama Ibu Septi hehe. Alhamdulillah, sekarang saya mendapatkan solusi jitu untuk mengubah gudang di rumah saya menjadi hotel bintang lima.
Sesampainya suami di rumah, saya langsung menceritakan isi kuliah Ibu Septi. Dengan semangat saya bilang kalau materi kuliah sore itu benar-benar telah mengubah hidup saya hehe. Saya bertekad ingin mengubah rumah kami bak hotel bintang lima. Mau tahu tanggapan suami setelah mendengar cerita saya ? Beliau tertawa terbahak-bahak dan bilang, “lho apa yang disampaikan Ibu Septi kan sama seperti yang sudah Abi sering bilang ke Ummi. Stop aja beli barang-barang second dan jangan bawa pulang barang-barang penemuan di pinggir jalan lagi. Ummi harus rela buang barang-barang yang nggak Ummi pakai supaya nggak menumpuk seperti gudang”. Mendengar nasehat suami, saya meringis malu saja. Memang sih suami sering bilang, tapi saat Ibu Septi yang menyampaikan kuat sekali pengaruhnya karena mungkin sama-sama seorang Ibu rumah tangga yang tahu tetek bengek urusan rumah sepertinya ya.  
Isi kuliah Menata Rumah bak hotel bintang lima yang disampaikan Ibu Septi benar-benar mudah untuk diterapkan. Dari kuliah itu saya mulai menggali sumber masalah saya. Ternyata saya terlalu sayang untuk membuang barang yang sudah tidak lagi memiliki nilai manfaat. Pikiran “aah sayang dibuang, nanti pasti terpakai dan sulit kalau beli lagi” harus saya buang jauh-jauh. Bu Septi bilang “ hanya beli dan simpan barang-barang yang benar-benar dibutuhkan dan kita bisa merawatnya. Saat barang tersebut tidak digunakan selama 6 bulan berturut-turut, maka membuangnya adalah solusi yang tepat. Kata-kata Ibu ini tersimpan kuat di memori saya. Kadang sempat terpikir juga, barang-barang ini toh tidak bisa saya bawa semuanya ke Indonesia. Pasti di Indonesia juga ada. Biaya kirim dari Korea ke Indonesia juga mahal, sayang kan uangnya habis untuk biaya kirim barang saja. Sampai Indonesia juga belum tentu terpakai kan? Jadi sekarang saya selalu pikir ribuan kali sebelum membeli barang baru. Kalau hunting barang second dan barang tergeletak di pinggir jalan sudah lama saya tinggalkan. Sudah insyaf hehe.
Kejadian lainnya yang membuat saya tersadar adalah ketika saya berkali-kali main ke rumah guru Korea dan teman Korea. Rumah mereka terlihat bersih, rapi, dan nyaman seperti hotel bintang lima. Saya sempat bingung dan penasaran bagaimana mereka mengerjakan itu semua tanpa bantuan asisten rumah tangga dengan seabrek kegiatan mereka di luar rumah. Saya mulai aktif mencari tahu dengan menanyakan langsung ke mereka saat berkunjung ke rumahnya. Tak sampai disitu, saya juga hunting buku-buku penataan rumah berbahasa Korea yang banyak tersedia di toko buku. Meski tidak mengerti 100% isi buku itu tapi dengan melihat foto-foto dan step by step yang ada membuat saya tambah semangat menata rumah.
Saya juga banyak mendapatkan pembelajaran dari teman-teman yang bekerja paruh waktu (part time) di restoran Indonesia milik orang Korea tentang bagaimana cara membersihkan dan merawat perabotan dapur. Teman-teman Indonesia yang menikah dengan warga Korea (mixmarried) juga tak luput untuk saya ambil ilmunya dalam hal merapikan rumah ini. Kalau saya perhatikan, rumah mereka juga sangat rapi sekali. Sepertinya Ibu Mertua dan keluarga Korea juga mengajarkan kebiasaan merapikan rumah yang baik ke teman-teman saya. Teman-teman yang kerja di pabrik Korea juga tidak segan untuk sharing kepada saya saat ditanya tips-tips merawat barang-barang yang digunakan di pabrik.  
Seperti halnya orang Jepang yang menggunakan ilmu Kaizen, maka orang Korea juga menerapkan ilmu Kaizen ini untuk mengatur dan merapikan rumahnya hingga terlihat bak hotel bintang lima. Biasanya mereka membuat jadwal harian dan mingguan untuk membersihkan dan merapikan rumah. Mereka sangat disiplin dan keras terhadap jadwal yang sudah dibuatnya. Orang Korea tidak memiliki asisten rumah tangga atau babysitter. Mereka selalu mengerjakan sendiri urusan memasak, membersihkan dan merapikan rumah juga mengasuh anak-anak mereka. Saya yang terbiasa dibantu asisten rumah tangga saat masih tinggal di Bandung terpaksa harus menjadi full time mother. Waw ternyata sangat menguras tenaga dan pikiran juga ya hehe.
Orang Korea terbiasa bangun jam 6 pagi untuk membuat sarapan keluarganya. Persiapan memasak yang praktis dan simple membuat urusan memasak di dapur tidak membutuhkan waktu lama dan dapur selalu bersih. Tentu berbeda dengan masakan Indonesia yang butuh persiapan banyak dan bumbu-bumbu yang komplit. Masak di dapur pasti selalu bikin heboh dan membuat cucian piring menumpuk hehe. Setelah mengantar anak ke mobil jemputan sekolah biasanya mereka mulai mengerjakan tugas merapikan rumah, mencuci, berbelanja di pasar, memasak, dan lain sebagainya. Saat jam makan siang, mereka sudah menyelesaikan semuanya. Waktu yang tersedia banyak membuat mereka selalu mencari kesibukan baik diluar rumah maupun di rumah. Kegiatan membuat prakarya handmade, menjadi volunteer guru bagi Ibu rumah tangga yang ingin belajar bahasa Korea, berkumpul melakukan serangkaian kegiatan sosial dsb.
Kebanyakan warga Korea tinggal di apartemen. Ruangan apartemen mereka memang tidak seluas rumah-rumah di Indonesia. Namun mereka tetap bisa menciptakan suasana rumah yang nyaman dan lapang. Kuncinya yaitu meminimalisir barang-barang yang mereka gunakan agar tidak memenuhi ruangannya. Perabotan rumah berukuran besar seperti sofa, lemari, kasur, kulkas, kursi meja dan lainnya yang sudah tidak mereka butuhkan, biasanya diletakkan di pinggir jalan dengan ditempeli stiker pajak kebersihan. Mereka tidak terbiasa menggunakan peralatan dengan masa pemakaian yang panjang. Bisa jadi karena tekhnologi peralatan rumah tangga selalu berkembang sehingga mereka menggantinya dengan peralatan yang baru sebelum waktunya rusak. Mereka senang membeli peralatan yang bagus dan terbukti manfaatnya. Mahal sedikit tak apa asal kualitasnya bagus, begitu pesan mentor Korea saya. Saya perhatikan mereka sangat menjaga perabotan dan peralatan yang dipakai sehari-hari, jadi memang tidak mudah rusak. Selain itu kualitas perabotan Korea juga tinggi standarnya. Dan mereka bangga menggunakan produk buatan mereka dibandingkan produk luar negeri yang serupa.
Perputaran barang di apartemennya sangatlah cepat. Jika tidak bisa merawat lagi atau ada perabotan yang lebih canggih, mereka biasanya segera mengeluarkannya dari rumah. Kebalikan sekali dengan sifat saya yang terlalu sayang membuang barang kalau tidak benar-benar rusak hehe. Mereka tidak perlu repot-repot mencari tempat sampah umum untuk membuang barang. Mereka hanya menelpon pihak toko second untuk diangkut barangnya keluar dari rumah. Kalau barang berukuran kecil cukup di letakkan diluar rumah saja. Biasanya kalau ada yang membutuhkan, bisa diambil secara bebas. Jika tidak ada yang mengambil biasanya pihak kebersihan di daerah tersebut akan mengambil barang-barang tersebut dengan mobil pick up atau kereta dorong. Sehari saja barang diletakkan biasanya sudah tidak ada lagi keesokan harinya. Ternyata koleksi barang-barang yang menumpuk di rumah saya seharusnya juga rutin dikeluarkan sehingga tidak sesak seperti gudang ya hehe. 
Untuk menyiasati rumah agar terkesan luas dan tidak terlihat banyak barang kebanyakan apartemen dan rumah terpasang furniture built in. Furniture ini bisa berupa lemari built in, yaitu sebuah lemari yang dipasang pada ceruk sebuah tembok, sehingga permukaan lemari sejajar dengan keseluruhan dinding atau tembok. Biasanya terdapat banyak lemari built-in yang di desain sampai langit-langit rumah sehingga menyediakan ruang yang cukup besar untuk menyimpan banyak barang. Untuk ruangan kamar biasanya dibikin lemari built in berlapis kaca yang menciptakan kesan ruangan yang luas dan cahaya yang terang. Hampir semua ruangan terdapat lemari built in sehingga saat kita berkunjung ke rumah mereka terkesan rapi, luas dan terawat.
Pasti penasaran kan bagaiamana tata letak barang-barang itu di lemari? Saat saya melihat isi lemari mereka, cukup terpesona juga karena sangat rapi dan teratur sekali. Warga Korea terbiasa mengatur letak barang-barang di rumahnya dengan membuat kategori-kategori jenis barang. Pertama-tama mereka menyiapkan kotak-kotak yang bisa mereka dapatkan dari kotak kemasan makanan, kotak sepatu, kotak susu dan lain-lain untuk menyusun barang-barang sesuai dengan jenisnya. Dengan cara ini mereka telah melakukan daur ulang yang bermanfaat bagi lingkungan. Kotak tersebut mereka lipat dan hias dengan kertas kado/kain lalu dipakai untuk menyimpan barang yang ada. Tampilan isi lemari pun menjadi sangat menarik dan tertata cantik.
Disini sangat mudah mendapatkan kotak-kotak penyimpanan berbagai ukuran, model dan fungsi dengan harga yang sangat terjangkau di toko serba ada, DAISO namanya. Kita hanya tinggal memilih kotak yang sesuai dengan kebutuhan kita. Kotak itu biasanya diberi sekat-sekat sehingga mudah membuat klasifikasi barang agar tertata rapi, mudah diambil saat dibutuhkan, dan tidak sulit dicari karena isinya tidak tercampur satu sama lain. Menghemat waktu kan kalau buru-buru mencari barang, kita mudah menemukan kalau tertata rapi dan tidak tercampur baur.
Cara menyusun dan merapikan baju di lemari pun ada seninya. Berikut ini tata cara pengaturan baju dan barang-barang di lemari pakaian yang biasa mereka lakukan. Gunakan kotak-kotak yang bisa digunakan untuk menyimpan barang sesuai kategori, seperti kotak khusus baju kaos, kotak celana panjang, kotak pakaian dalam, kotak berisi pakaian dalam, dan kotak berisi kaos kaki. Mereka senang melabeli kotak dengan nama barang supaya mudah dicari. Sebelum memasukkan pakaian ke dalam masing-masing kotak, lebih baik dipilih-pilih terlebih dulu : baju yang jarang dipakai karena sudah kekecilan, sudah lama modelnya, dan rusak dipisahkan di kotak terpisah. Nantinya baju-baju ini  bisa di make over modelnya sehingga bisa dipakai lagi dengan style yang baru. Jika baju sudah tidak bisa diperbaiki lagi karena sulit untuk dijahit kembali atau sulit di make over, mereka membuangnya ke tempat sampah khusus pakaian yang sudah disiapkan pemerintah berupa kotak besar berwarna biru layaknya kotak pos surat.
Melipat pakaian pun ada tehniknya. Sebisa mungkin pakaian dilipat hingga berbentuk kotak persegi / amplop. Mereka terbiasa menyusun pakaian yang sudah dilipat dengan posisi menyamping dan bersekat-sekat. Biasanya kita menumpuk pakaian dalam posisi mendatar (horizontal) kan? Nah mereka menyusun dalam posisi miring (vertical) sehingga saat ingin mengambil baju bergambar bunga. kita bisa melihat motif bunga menyembul di kotak dan mengambilnya pun tanpa harus mengeluarkan baju satu persatu. Praktis dan mudah. Untuk menyusun pakaian dalam dan kaos kaki biasanya mereka menggunakan bahan plastik bersekat kotak-kotak. Bisa dibuat dengan menyusun sekat-sekat berbentuk kotak dalam jumlah banyak. Mereka juga biasa membuat kotak sekat itu dengan menyusun kotak susu UHT dengan posisi sejajar dan memasukkan satu pakaian dalam ke dalam kotak susu. Begitu juga dengan kaos kaki. Dijamin akan mudah mengambil pakaian dalam yang kita inginkan tanpa harus mengacak-acak semuanya.
Untuk menyusun mainan anak-anak, mereka biasanya meletakkan di sebuah kotak kontainer dan dilabeli sesuai dengan jenis mainannya. Misalnya : kotak mainan boneka, kotak mainan lego, kotak mainan kartu, kotak mainan bola dan lain-lain. Mereka menyimpan dengan posisi yang rapi. Jika anak ingin mainan boneka, maka orang tuanya akan memberikan kotak mainan boneka. Saat ingin bermain lego, anak-anak harus merapikan dulu semua bonekanya ke dalam kotak untuk ditukar dengan kotak mainan lego. Begitu seterusnya. Anak-anak Korea juga sudah sejak dini dilatih merapikan peralatan pribadi yang dipakainya di dalam sebuah loker dan menyimpan semua peralatan yang digunakan agar nanti mereka mudah mengambilnya. Kebiasaan baik ini diajarkan sejak TK. Dilatih lebih sering di rumah, Alhamdulillah kebiasaan ini menjadi karakter pribadi yang disiplin, teratur dan rapi saat dewasa kelak.
Saat saya membuka laci-laci di rumah mereka, terlihat isi laci yang tertata rapi dengan sekat-sekat terbuat dari triplek yang tingginya kira-kira 3 cm. Mereka biasanya membuat sekat-sekat dari karton/ plastik / triplek. Kalau tidak mau repot, biasanya mereka membeli keranjang kotak bersekat banyak untuk menyimpan barang-barang sesuai dengan klasifikasi jenisnya. Misalnya sendok disimpan terpisah dengan garpu dengan posisi sejajar (horizontal) bukan berdiri (vertical), sumpit sendiri, sendok teh sendiri, pisau roti sendiri. Saat kita mencari sendok, maka kita tinggal melihat isi laci dan mengambil sendok tanpa harus mengacak-acak seluruh isi laci. Praktis dan mudah ya.
Lalu bagaimana dengan isi kulkasnya? Saat saya ada cooking class masakan Korea di rumah guru Korea, terlihat isi kulkas yang sangat rapi. Kulkas tak ubahnya lemari yang terusun rapi dari beberapa kotak-kotak keranjang dan wadah kedap udara yang dilabeli satu persatu. Mereka biasa menyimpan bahan makanan dalam sebuah zipper bag plastic (plastik zipper) agar makanan tetap segar dan higienis. Serta mudah disusun di dalam rak-rak di dalam kulkas. Tak lupa menuliskan tanggal kadaluarsanya di setiap wadah penyimpanan. Setiap rak kulkas diberi alas plastik yang mudah diganti/ dibuang jika terkena tumpahan air. Penggunaan wadah penyimpanan kedap udara dan plastik zipper membuat kulkas tidak bercampur aduk baunya. Untuk makanan yang berbau menyengat seperti kimchi (asinan sayur khas Korea) dan kimchi bawang putih, mereka menyusunnya di wadah kedap udara dan diletakkan di kulkas terpisah, kulkas kimchi namanya. Dengan wadah kaca/plastik bening memudahkan kita mencari bahan makanan yang diinginkan. Untuk menyimpan sayur-mayur, mereka menggunakan kertas koran agar sayur tidak cepat membusuk. Sebisa mungkin mereka tidak membeli bahan makanan banyak supaya tidak menumpuk di kulkas terlalu lama. Perputaran isi kulkas juga sangat cepat.
Setelah urusan merapikan rumah selesai, yang tak kalah pentingnya adalah merawat perabotan rumah. Biasanya mereka lebih senang menggunakan cuka (vinegar) untuk membersihkan perabotan rumah, membersihkan noda di pakaian, menyikat tempat cuci piring, membersihkan kaca jendela, mengilapkan furniture kayu dan lain-lain. Untuk membersihkan kain yang sangat kotor, mereka menyiapkan baskom/panci aluminium khusus untuk merebus kain yang kotor seperti kain lap, kaos kaki, keset dengan detergen cuci dan pewangi pakaian. Saya baru menemukannya saat tinggal di Korea. Hasilnya memang bersih sekali. Selain itu mereka juga senang menggunakan serbuk baking soda untuk membersihkan peralatan dapur, menyikat lantai kamar mandi, mencuci baju, membersihkan karpet, mengepel dsb.
 Bahkan saya pernah belajar melihat pembuatan cairan pembersih alami di kantor kelurahan. Mereka menyebutnya EM. Cairan pembersih alami ini terbuat dari rendaman air beras, air perasan buah yang tidak termakan dan Efective Microorganism (EM). EM ini disukai karena tidak menggunakan zat kimia yang berbahaya sehingga aman dan tidak membuat polusi lingkungan. Cairan EM ini serbaguna dan banyak manfaatnya. Bisa untuk mencuci baju, menguras kamar mandi, menghilangkan polusi udara di dalam rumah, pupuk tanaman, obat alergi, obat asma, obat gatal, membersihkan sungai yang tercemar, dsb. InshaaAllah nantinya ilmu membuat EM ini akan saya ajarkan ke keluarga dan teman di Indonesia agar manfaatnya bisa lebih luas lagi.
Sedikit demi sedikit ilmu membersihkan dan menata rumah ini saya praktekkan di rumah. Sebisa mungkin saya luangkan waktu khusus untuk membersihkan rumah. Tidak perlu memaksakan untuk bisa perfect dalam merapikan rumah karena anak-anak pun berhak bereksplorasi dan bermain di dalam rumah. Saat anak-anak tidur siang, saya bisa mencicil pekerjaan membersihkan dapur dan ruang keluarga. Malam harinya sebelum tidur malam, saya sempatkan untuk mencuci piring supaya keesokan harinya saya bisa semangat mengerjakan pekerjaan rumah lainnya. Tak lupa saya menyiapkan bahan makanan yang akan dimasak keesokan harinya sehingga waktu memasak di dapur menjadi lebih singkat. Kalau pagi-pagi sudah melihat tumpukan piring kotor sering membuat semangat saya redup dan berat sekali untuk menyelesaikan pekerjaan lainnya.
Sebisa mungkin saya tidak menunda pekerjaan yang biasa dikerjakan sehari-hari supaya tidak menumpuk di akhir pekan. Pada hari sabtu biasanya saya punya waktu luang yang banyak untuk membersihkan rumah dengan santai karena putri saya bisa menemani adiknya. Saya pun juga harus sabar melatih anak-anak untuk merapikan mainan sendiri. Alhamdulillah si sulung sudah bisa mandiri dan banyak membantu saya di rumah. Oh ya lucunya, kalau saya sedang kesal karena ditimpa masalah atau memikirkan persoalan hidup yang rumit, saya paling suka membersihkan rumah, khususnya menyikat kamar mandi dan membersihkan dapur. Selesai melihat rumah kinclong perasaan senang dan puas membuat mood saya enak dan bisa fokus memikirkan solusi dari masalah yang saya hadapi. Ternyata ada hikmahnya ya kalau ditimpa masalah, karena setiap masalah pasti ada solusinya. Begitu pula dengan menata rumah bak hotel bintang lima pun ada ilmunya ya. Terimakasih banyak Ibu Septi, kini memiliki rumah idaman bak hotel bintang lima bukan lagi impian. Selama ada kemauan, pasti kita bisa mewujudkannya. Semangat Ibu Profesional, inshaAllah kita bisa. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...